By Dwijo Suyono
JOURNALJOGJA-Sleman, - Musyawarah Bersama digelar pada Rabu malam (11/12) di Joglo Dukuh Donokerto, Turi, Sleman, DI Yogyakarta, dari pukul 19.00 hingga 22.00 WIB. Acara ini bertujuan untuk membahas penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP) guna mendukung pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat yang lebih profesional di Desa Wisata Gabugan.
Acara tersebut diinisiasi oleh tujuh mahasiswa Pariwisata, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada (FIB UGM): Aditya Firdaus, Azka Cakranawengtyas, Ermin Dhiva Nurhaliza, Layyna Aynalyakin, Muhammad Faiq Virgiawan, Retno Savitri, dan Wa Ode Nun Zaharia. Di bawah bimbingan, Dr. Tular Sudarmadi, M.A., dan Hannif Andy Al Anshori, S.Par.
Hadir dalam musyawarah tersebut Sujatmiko, Ketua Pengurus Desa Wisata Gabugan, beserta sekretaris, bagian dokumentasi & pengembangan wisata, perwakilan pemandu wisata, dan narasumber dari Desa Wisata Gabugan. Dalam pembukaan acara, Sujatmiko menyampaikan apresiasi kepada para mahasiswa atas inisiatif mereka. Sambutan hangat ini diikuti oleh Hannif Andy Al Anshori, yang mengungkapkan pentingnya sinergi antara akademisi dan masyarakat untuk mengembangkan pariwisata yang berkelanjutan.
Dalam musyawarah, Ermin Dhiva Nurhaliza menjelaskan proses proyek penyusunan SOP yang berlangsung selama tiga bulan, dari Oktober hingga Desember 2024. “Kami melakukan observasi, wawancara, dan diskusi dengan berbagai pihak untuk mengidentifikasi permasalahan yang ada,” ungkap Ermin. Ia menambahkan bahwa SOP ini dibuat untuk memberikan panduan yang jelas dalam pelaksanaan tugas-tugas di Desa Wisata Gabugan.
Proyek ini menghasilkan dua SOP utama, yaitu SOP Kepemanduan dan SOP Narasumber Desa Wisata Gabugan. SOP Kepemanduan dirancang untuk memandu wisatawan di lingkup Desa Wisata Gabugan, sementara SOP Narasumber difokuskan pada masyarakat lokal sebagai fasilitator yang memberikan sumber informasi budaya, sejarah, serta kearifan lokal.
Aditya Firdaus, salah satu mahasiswa, menambahkan bahwa kegiatan ini merupakan implementasi dari tugas akhir mata kuliah berbasis masyarakat. “Kami tidak hanya belajar di kelas, tetapi juga langsung bersinergi dengan masyarakat. Tujuan kami adalah memperkuat pariwisata berbasis masyarakat yang tidak hanya berkelanjutan tetapi juga membawa dampak positif bagi masyarakat setempat,” ujar Aditya.
Musyawarah ini berlangsung lancer dan hangat, di mana para undangan memberikan masukan dan saran untuk menyempurnakan draft SOP yang telah disusun. Beberapa masukan penting mencakup penyesuaian jadwal kepemanduan untuk mengakomodasi kebutuhan wisatawan dan penambahan materi pelatihan bagi narasumber lokal. Diskusi ini juga membahas strategi implementasi SOP agar dapat berjalan dengan efektif di lapangan.
Puncak acara musyawarah ini adalah pengesahan kedua SOP yang telah disepakati oleh seluruh pihak yang hadir. Kedua SOP ini diharapkan menjadi panduan utama bagi para pemandu wisata dan narasumber di Desa Wisata Gabugan.
Sebagai simbol ucapan terimakasih dari mahasiswa, Azka Cakranawengtyas memberikan plakat kepada pihak desa ucapan terimakasih dan juga apresiasi atas kolaborasi yang telah terjalin selama penyusunan SOP. Hal ini menjadi penutup yang bermakna, sebagai penguatan kerja sama antara mahasiswa dan masyarakat Desa Wisata Gabugan.
Sujatmiko mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada mahasiswa Pariwisata UGM atas kontribusi mereka dalam mendukung pengelolaan pariwisata di Desa Wisata Gabugan. Ia berharap SOP yang disusun dapat menjadi pedoman yang membantu desa untuk semakin terorganisir, profesional, dan menarik lebih banyak wisatawan. Dengan panduan ini, optimisme terhadap perkembangan pariwisata berbasis masyarakat di Desa Wisata Gabugan semakin meningkat.
Dengan pengesahan SOP ini, Desa Wisata Gabugan diharapkan mampu menjadi model pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat yang profesional dan berkelanjutan. Panduan yang telah disusun ini untuk memberikan arahan teknis masyarakat dalam keterlibatanya di Desa Wisata Gabugan secara maksimal.
Acara ini menjadi bukti nyata bagaimana kerja sama antara mahasiswa, akademisi, dan masyarakat dapat memberikan dampak yang positif dan berkelanjutan bagi pengembangan pariwisata berbasis masyarakat. Ke depan, Desa Wisata Gabugan diharapkan semakin dikenal sebagai destinasi wisata yang menawarkan pengalaman autentik dan memberdayakan masyarakat lokal.(*)