By Dwijo Suyono
JOURNALJOGJA-Jogja-Perayaan Natal 2021 yang digelar PNS, TNI POLRI,BUMD, BUMN, Se DIY pada Selasa (28/12-2021) di komplek Kepatihan ,berlangsung khitmad dan sarat akan makna , selain dengan berbagai suguhan yang menyentuh , juga pesan gubernur yang dirasakan sarat akan makna .
Dalam laporan pembukanya Ketua Panitia Perayaan Natal 2021 Dan Tahun Baru 2022 Monika Nur Istiyani mengatakan kita menyadari bahwa kondisi masyarakat yang aman dan sejahtera merupakan kebutuhan sekaligus tanggung jawab seluruh bagian masyarakat termasuk pemerintahan.
"Kedamaian dan keamaanan yang dirasakan publik sejatinya merefleksikan keberhasilan tata pemerintahan yang demokratis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara," ujarnya .
Melalui momentum Natal tahun ini upaya menjaga kedamaian bersama kami narasikan dalam tema natal “Cinta Kasih Kristus yan Menggerakkan Persaudaraan”.
Dalam sambutan yang dibacakan oleh Asisten Sekretariat Daerah (Setda) DIY Bidang Pemerintahan dan Administrasi Umum Pemda DIY Sumadi, Gubernur DIY Sri Sultan HB X mengatakan tema ini relevan dengan kondisi dunia, yang selama dua tahun terakhir sedang menghadapi cobaan berat pandemi Covid-19.
"Sebuah cobaan, yang diawali dari masalah di bidang kesehatan, namun ternyata mampu mengoyak seluruh sendi kehidupan manusia. Belum pernah ada dalam sejarah peradaban manusia, sebuah pandemi yang cakupan dan dampaknya seluas dan sebesar ini," ujarnya
Sultan juga mengemukakan bahwa “Persaudaraan” identik dengan hubungan resiprokal: saling berbagi dan saling membantu. Dua hal yang sedang sangat kita butuhkan di masa sulit ini. Tapi dari sana mungkin timbul pertanyaan Siapakah yang dimaksud “saudara” dalam konteks ini?
Sebab ada banyak strata/tingkatan dalam kata “saudara”, serta penggunaannya pun sangat kontekstual. Misalnya, dalam kehidupan keluarga, dikenal istilah saudara kandung, saudara tiri, saudara angkat, dan sebagainya. Dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa, kita familiar dengan istilah saudara sesuku, saudara sebangsa, dan sebagainya. Dalam kehidupan beragama, kata “saudara” umumnya diikuti dengan kata “seiman”, sehingga membentuk kata “saudara seiman”.
Ini adalah pertanyaan yang sudah dijawab dalam Pesan Natal Bersama PGI dan KWI 2021, serta Seruan Natal 2021 dan Tahun 2022 Kementerian Agama.
"Keduanya secara tegas menyatakan bahwa “saudaraku” adalah seluruh umat manusia, tanpa memandang SARA dan tidak berbasis primordialistik" kata Sultan.
Sultan mengatakan pesan Natal Bersama lebih jauh menyatakan bahwa “saudaraku” adalah mereka yang memberikan pertolongan, “saudaraku” adalah mereka yang membutuhkan pertolongan. Dengan kata lain, dalam hal memberi dan menerima pertolongan, identitas menjadi tidak penting lagi.
"Dari situ bisa disimpulkan, bahwa tema natal tahun ini penekanannya seharusnya adalah pada kalimat “Cinta Kasih Kristus”, bukan pada kata “Persaudaraan”, yang kemudian membutuhkan klarifikasi lebih lanjut mengenai “siapakah saudaraku?” atau “saudaraku yang mana?” lanjut Sultan .
Dua pertanyaan yang wajar, manusiawi, bahkan innocent, tapi rawan menimbulkan pengkotak-kotakan, diskriminasi, dan akhirnya: pilih kasih.
Dengan menekankan pada kata “Cinta Kasih Kristus”, pertanyaan yang timbul hanya satu, yaitu “apa/bagaimana maksudnya?”.
"Jawabannya pun hanya ada satu versi. Cinta kasih-Nya adalah perwujudan sekaligus kepanjangan dari cinta kasih Tuhan kepada seluruh mahluk ciptaan-Nya, yang berakar dari iman, dan berbuah tindakan, yang timbul dari dan karena simpati, empati, solidaritas, serta belarasa, yang bersifat universal, yang humanis, yang tidak sekedar memanusiakan manusia, namun juga menegaskan bahwa semua mahluk Tuhan memiliki posisi yang sejajar di mata-Nya," kata Sultan.
Adapun prinsip yang mendasari kesemuanya itu hanya satu: “Kasihilah sesamamu seperti engkau mengasihi dirimu sendiri”, atau dapat dimaknai pula sebagai “perlakukanlah orang lain seperti engkau ingin diperlakukan.”
"Ini adalah konsep yang saya yakin tidak dapat disanggah, dipertanyakan kebenarannya, diputar-balikkan maknanya, maupun ditolak oleh satupun mahluk di muka bumi ini, terlepas dari apa dan siapapun dia.
Dengan berpegang pada prinsip tadi, maka pertanyaan “siapakah saudaraku?” dan “saudaraku yang mana?” otomatis menjadi tidak relevan lagi; tidak penting untuk ditanyakan," tutur Gubernur .
Tiap tahun pada perayaan natal kita menyalakan lilin. Simbol harapan. Tentu kita sepakat, bahwa ini bukan berarti bahwa tiap tahun kita memulai dari awal lagi, atau bahwa tiap tahun kita hanya mengulang hal yang sama tanpa ada kemajuan.
Maka pada kesempatan yang berbahagia ini, mari bersama-sama lanjutkan kehidupan kita di bumi ini, dengan senantiasa berpegang pada prinsip universal tadi.
Sebab cinta kasih yang menjadi dambaan tiap mahluk di muka bumi ini, sesungguhnya adalah cinta kasih yang sangat sulit untuk diupayakan oleh kita, manusia. Namun sulit bukan berarti tidak mungkin. Mari bersama-sama kita terus upayakan relasi horizontal dengan seluruh mahluk ciptaan-Nya, sebab melalui relasi horizontal itulah Tuhan menguji dan menilai relasi vertikal kita denganNya.
"Dengan segenap tulus hati, perkenanlah saya mengucapkan Selamat Hari Natal 2021 kepada saudara-saudaraku yang merayakan, dan Selamat Tahun Baru 2022 kepada kita semua. Semoga kasihNya senantiasa beserta kita semua," ujar Sultan HB X. (dwi)