EKONOMI
Pelaku UMKM Aoka Rahmawati : UMKM Sebagai Critical Engine Perekonomian yang masih Kritis
By Dwijo Suyono
JOURNALJOGJA-WATES-Dalam berbagai kesempatan Teten Masduki selaku Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Menkop UKM) menyebutkan bahwa UMKM adalah Critical Engine dalam menggerakkan ekonomi. Artinya keberadaan UMKM mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Menyitir dari berbagai data yang ada bahwa UMKM mampu menyerap 97 persen dari total angkatan kerja dan mampu menghimpun hingga 60,4 persen dari total investasi di Indonesia, Yang menindikasikan bahwa Indonesia mempunyai potensi basis ekonomi nasional yang kuat karena jumlah UMKM yang sangat banyak dan daya serap tenaga kerja sangat besar. Demikian sekilas diskusi Redaksi dengan pelaku UMKM Kulonprogo Aoka Rahmawati , Minggu (7/5-2023-) di Wates .
Dari data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop UKM), dari 64 juta usaha di Indonesia, 99,9% diantaranya adalah UMKM dan 98,6% berbentuk mikro. UMKM juga menyumbang produk domestik bruto (PDB) nasional sebesar 60,34% dan mampu menyerap 97% tenaga kerja secara nasional. Sementara data dari Alternate Chair Digital Economy Working Group G20, ada 21 juta UMKM di Indonesia yang go online atau digital. Jumlah itu meningkat dari 9 juta UMKM yang sudah go online sebelum pandemi Covid-19 dan naik menjadi 21 juta selama masa pandemi, artinya mengalami kenaikan sebanyak 12 juta yang telah terintegrasi dengan sistem digital.papar Aoka yang juga pengusaha perjalanan Umroh dan Haji ini .
Aoka yang juga merupakan politisi sebuah partai politik ini juga menjelaskan bahwa Pemerintah melalui Kemenkop UKM pun menargetkan ada 24 juta unit UMKM bisa memasuki pasar digital pada tahun ini, jumlah itu kembali meningkat hingga 30 juta unit UMKM yang akan onboarding atau masuk ke platform digital pada tahun 2024 mendatang .
Disamping berbagai hal yang akan dicapai terdapat juga berbagai hal masih menjadi penghambat berkembangnya UMKM kita , misalnya kami mencatat ada beberapa faktor yang seringkali menjadi hambatan yakni masalah pemasaran menjadi masalah utama UMKM sehingga kesulitan untuk berkembang. Karena tidak bisa melakukan pemasaran dengan baik, maka tidak heran jika UMKM juga tidak bisa meningkatkan penjualan dan kapasitas produksinya sehingga akan stagnan.juga masih banyak pelaku UMKM yang belum menyadari pentingnya pencatatan keuangan dan pembukuan yang rapi. Padahal, dengan adanya pembukuan pelaku usaha bisa mengetahui sehat atau tidaknya usaha mereka. Menurut data Riset Pasar dari Evermos, sebuah social-commerce yang memiliki fokus pada pendampingan UMKM, yang diterbitkan oleh World Economic Forum tahun 2021, 99 persen UMKM kita gagal berkembang dikarenakan tidak sesuainya produk yang dihadirkan dengan kebutuhan pasar yang terus bergerak cepat .Dan saat ini masih 13 persen jumlah UMKM yang sudah terkoneksi teknologi digital. Pemanfaatan teknologi dinilai penting tidak hanya promosi, tetapi juga dalam manajemen UMKM. Dan yang masih menjadi permasalahan juga pembiayaan atau modal usaha. Tercatat sekitar 74 persen UMKM belum mendapatkan akses pembiayaan sehingga mereka sulit menggenjot skala produksi. Paparnya lagi.
Pada bagian akhir pembicaraan Aok mengemukakan bahwa pengembangan UMKM sebagai Critical Engine perekonomian harus selalu dikawal oleh banyak pihak , sehingga sebagai pilar utama gerakan perekonomian nasional akan menjadi semakin kuat (dwi)