PENDIDIKAN & OLAHRAGA
Ketua Jendela Pendidikan Nusantara Julia Putri Noor : Persoalan Pendidikan Seperti Api dalam Sekam
By Dwijo Suyono
JOURNALJOGJA-JAKARTA- Negara Repulik Indonesia yang kita cintai adalah sebuah negara besar dengan jumlah Penduduk sebanyak 275,36 juta jiwa, hal yang bisa kita lihat ialah bahwa hal tersebut merupakan potensi SDM manusia yang cukup besar , oleh karena itu menyiapkan SDM potensi yang baik dan berkualitas memerlukan sebuah sistem yang tepat dan andal, sistem tersebut kita namakan dengan sistem pendidikan . Demikian awal perbincangan redaksi dengan ketua Jendela Pendididkan Nusantara (JPN) Julia Putri Noor dengan redaksi pada Jumat (11/11-2022).
Seperti diketahui bahwa pendidikan di indonesia di atur dalam UU no 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.terbagi menjadi tiga jalur utama, yaitu Formal,Non formal, dan Informal. Tetapi tahukan kita bersama bahwa sistem pendidikan kita saat ini menyisakan banyak persoalan , bukan hanya persoalan letak geografis Indonesia yang terdiri dari banyak pulau , tetapi juga penggunaan materi ajar yang seringkali menjadi persoalan tersendiri, belum lagi persoalan tenaga pendidik dan kependidikan , ini semua memerlukan kerjasama semua pihak . paparnya.
Julia juga menerangkan bahwa dalam era saat ini masih juga dijumpai nak anak yang tidak bersekolah atau putus sekolah, bukan hanya dari faktor kemiskinan , tetapi yang lebih miris menurutnya ialah akibat perkembangan teknologi dan budaya yang saat ini berlangsung sangat cepat , sehingga seringkali terjadi perbenturan yang berdampak pada ketidaksiapan anak anak didik dalam menghadapi percepatan budaya tersebut.
Inilah yang juga menjadi persoalan serius dalam dunia pendidikan kita , dari data UNICEF yang ada bahwa sekitar 4,1 juta anak-anak dan remaja berusia 7-18 tahun tidak bersekolah. Secara geografis, angka anak tidak sekolah (ATS) berkisar dari 1,3 persen di Yogyakarta - daerah yang relatif makmur - hingga 20,7 persen di Papua - provinsi paling timur dan termiskin di Indonesia ini hasil pendataan Susenas 2020.ungkapnya.
Dia juga menjelaskan bahwa dari analisis dari Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS 2015) menunjukkan bahwa 57 persen anak dan remaja usia sekolah penyandang disabilitas tidak bersekolah, dan masih banyak anak sekolah yang harus berjuang untuk menguasai keterampilan akademik dasar.
Kurang dari separuh siswa berusia 15 tahun di Indonesia yang memiliki tingkat kemahiran membaca minimum dan kurang dari sepertiga yang mencapai tingkat kemahiran minimum dalam matematika (PISA 2015). Remaja juga kehilangan peluang untuk mengembangkan potensi penuh mereka. Dari 46 juta remaja di Indonesia, hampir seperempat remaja yang berusia 15 hingga 19 tahun tidak bersekolah, tidak memiliki pekerjaan atau tidak mengikuti pelatihan. Pengangguran remaja mencapai lebih kurang 15 persen.tuturnya lagi.
Pegiat perempuan asal Makasar ini juga mengingatkan bahwa permasalahan pendidikan apa tidak segera diatasi maka akan menjadi api dalam sekam yang siap membara dan membakar semua aspeknya .
Kita sudah diingatkan dengan munculnya berbagai persoalan pendidikan yang menjadi permasalahan nasioanl , seperti fenomena tawuran antar siswa , klitih di Yogyakarta , bahkan permasalahan moral pendidik juga dan bahkan belum lama ini atap gedung sekolah yang ambruk dan sebagainya , tutupnya. (dwi)
Bagikan artikel ini