PARIWISATA
Ini Catatan Pengurus HPN Pusat tentang Pengelolaan Pariwisata secara Terintegrasi di DIY
By Dwijo Suyono
JOURNALJOGJA-Dalam perjalanan kunjungan bisnis ke Jawa tengah dan DIY Pengurus Himpunan Pengusaha Nahdliyin (HPN ) pusat yang dipimpin oleh Wakil Sekjen H Ahmad Jajuli membuat beberapa catatan yang dirasakan cukup penting terkait dengan perkembangan dunia kepariwisataan yang memang menjadi salah satu andalan bagi pemerintah DIY .
“Di antara acara Kunjungan Bisnis ke daerah Jawa Temgah dan DI Yogyakarta saya menyengaja berkunjung ke wilayah pantai di Kab. Gunung Kidul, Kab. Bantul dan Kab. Kulon Progo. Saat berkunjung ke Gunung Kidul saya sempat menikmati aneka makanan dan minuman serta pemandingan indah di Pantai Baron, Pantai Drini dan Pantai Krakal. Katena keterbatasan waktu saya dan kawan2 tidak keburu mengunjungi 13 Pantai lainnya : Sepanjang, Watu Kodok, dan lainnya”. Paparnya pada Minggu (21/5-2023).
Lebih lanjut pria asal Banten ini juga mengemukakan bahwa untuk dapat mengunjungi 13 Pantai itu Wisatawan cukup membayar TPR (Tanda Pembayaran Restribusi) sebesar Rp 10.000,00 per Orang.
“Berikutnya wajib membayar biaya Parkir Kendaraan masing2 Rp 5.000,00 per titik Pantai. Untuk mengunjungi tiga titik pantai itu kami (berlima) hanya menghabiskan uang sebesar Rp 65.000,00. Sangat irit. Selebihnya utk biaya makan dan minum. Khusus di Pantai Baron berlaku Aturan para Pedagang di sana. Bagi Kios (Rumah Makan) berlaku Uang Sewa Rp 100.000,00 per Tiga Tahun. Lalu Uamg Mingguan sebesar Rp 38.000,00 dan Uang Sampah Bulanan sebesar Rp 16.000,00. Adapun bagi Kios Kecil (Oleh2 Makanan dan Minuman) tidak dikenakan Biaya Sewa Tiga Tahunan. Mereka hanya bayar Biaya Bulanan sebesar Rp 12.000,00 dan Biaya Sampah Bulanan Rp 16.000,00 --- sama dengan Kios Besar. Biaya2 Sewa Tiga Tahunan.dan Sewa Bulanan disetorkan ke Dinas Pariwisata Gunung Kidul, sedangkan Biaya Sampah dan Biaya Parkir Kendaraan dikelola oleh Pengelola Pantai Baron.Apabila kemarin kami ingin mengunjungi 13 destinasi Pantai di Gunung Kidul itu maka kami hanya akam menghabiskan uang sebesar Rp 115.000,00. Hanya Rp 115.000,00 untuk 13 Titik Pantai. Tentu di luar Makan dan Minum (yang harga2nya juga tergolong murah)”.paparnya lagi .
Lebih lanjut ia juga membandingkan dengan daerah yang lain yang juga menjadi obyek kunjungan kerjanya
“Kondisi di Kab. Gunung Kidul terasa nyaman dan terasa murah. Hal ini layak ditiru.oleh Dinas Pariwisata Pemkab2 di Provinsi Banten : Lebak, Pandeglang, Serang dan Tangerang. Biaya berwisata di Pantai2 di Provinsi Banten saat ini terasa belum tertib, belum terpadu dan terasa tidak murah. Padahal apa sulitnya mengintegrasikan seluruh destinasi wisata pantai di Anyer, Kab. Serang? Jangan seperti selama ini : masing2 pengelola pantai memungut biaya sendiri2..Pasti merepotkan dan memberatkan para wisatawan.urainya lagi.
Untuk di Kab. Lebak, mengapa tidak diintegrasikan pengelolaan Pantai Bagedur, Pantai Talanca dan Pantai Karangnawing? Juga antara Pantai Karang Taraje, Pantai Pulomanuk dan Pantai Sawarna? Di Pandeglang sebetulnya juga bisa mengintegrasikan destinasi wisata.pantai di Carita. Yang ada di wilayah Panimbang. Juga yg ada di wilayah Sumur.Khusus di Kab. Tangerang bisa memgintegrasikan wisata pantai mulai Pulau Cangkir hingga Pulau Pasir..Sudah saatnya Dinas Pariwisata Banten dan Dinas Pariwisata Kab. Lebak, Pandeglang, Serang dan Kab. Tangerang utk berbenah diri --- sekaligus sebagai upaya meningkatkan PAD (Pendapatan Asli Daerah). Soal akses jalan dan infrastruktur lainnya di Banten telah sangat siap dan sangat menunjang.” Lanjutnya lagi .
Dia juga melanjutkan bahwa Tempo dulu Kab. Gunung Kidul -- yg secara geologis dipenuhi hamparan batu cadas (kars) --- merupakan Daerah Tertinggal di DI Yogyakarta. Tapi kini Gunung Kidul sudah semakin maju bahkan, konon, sudah mampu bersaing dengan Kab/Kota lain yg ada di Provinsi DIY : Bantul, Kulon Progo, Sleman dan Kota Yogyakartan.
“Maenya Pariwisata di Banten rek kitu bae?” (Masak iya pengelolaan pariwisata di Banten mau begitu2 saja?).Tutupnya dalam bahasa Sunda . (dwi)